BANJIR ACEH BARAT
TEMPO.CO, Banda Aceh - Sebanyak
delapan kecamatan di Aceh Barat dilanda banjir setelah hujan
terus-menerus mengguyur wilayah tersebut sejak lima hari lalu.
Ketinggian air sekitar 30 sentimeter hingga mencapai 1 meter menggenangi
rumah-rumah warga.
“Saat ini, hujan masih terus turun,” kata Teuku Syahluna Polem, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Aceh Barat, kepada Tempo, Selasa, 18 Oktober 2016.
Menurut Teuku, ada 54 desa yang dilanda di delapan kecamatan tersebut.
Sejauh ini, belum ada korban jiwa atau pengungsi di sana. “Warga masih
bertahan di rumah, atau pindah sebentar ke rumah kerabat yang letaknya
lebih tinggi,” kata Syahluna.
Banjir dipicu oleh hujan yang
terus-menerus sehingga menyebabkan meluapnya air Sungai (Suak) Ujong
Kalak dan Sungai Woyla di sana. BPBD Aceh Barat telah menurunkan
sejumlah alat berat untuk menormalkan aliran sungai.
Sedangkan
untuk kerugian material dan lainnya masih dalam pendataan BPBD Aceh
Barat. Delapan kecamatan yang terimbas adalah Kecamatan Johan Pahlawan,
Kecamatan Arongan Lambalek, Kecamatan Woyla Timur, Kecamatan Woyla
Barat, Kecamatan Meurebo, Kecamatan Kaway XVI, Kecamatan Bubon, dan
Kecamatan Sama Tiga.
ADI WARSIDI
Lembaga Kemanusiaan Nasional yang bergerak di bidang sosial dan kemanusiaan. Rek Donasi : BRI 3910-01-004465-53-9 MANDIRI 15800 5533 5533 MANDIRI SYARIAH 1790004788 Selamat kan Satu Jiwa, Sambung Seribu Asa
Selasa, 18 Oktober 2016
Jumat, 14 Oktober 2016
BSMI ACEH PEDULI Musibah kebakaran Subulussalam
Musibah kebakarankembali melanda Kota Subulussalam. Kali ini sijago merah menghanguskan 18 unit rumah di permukiman penduduk, Dusun Cepu Indah, Desa Subulussalam Timur, Kecamatan Simpang Kiri, Kamis (13/10/2016).
Tidak sedikit kerugian Materil dan Moril yang di alami masyarakat yang mengalami musibah kebakaran tersebut.
BSMI ACEH kembali mengajak para Dermawan untuk membantu meringankan beban korban kebakaran di Subulussalam dengan memberikan Donasi terbaik Anda melalui Program BSMI ACEH PEDULI
Rek Donasi :
Rek Donasi :
BRI : 3910-01-004465-53-9
MANDIRI : 15800 5533 5533
MANDIRI SYARIAH : 1790004788
Konfirmasi transfer : 0852 7007 1200 / 0813 6005 2554
“Selamat kan Satu Jiwa, Sambung Seribu Asa”
BAKSOS SUNATAN MASSAL kerja sama dengan Bank Aceh
BANDA ACEH - Bank Aceh bekerjasama dengan BSMI Aceh melakukan khitanan gratis terhadap 400 anak
yatim dan fakir miskin di wilayah Banda Aceh dan Aceh Besar di Taman
Sari Banda Aceh, Minggu (23/8/2015). Acara sosial ini merupakan salah satu
rangkaian kegiatan memperingati HUT ke-42 Bank Aceh.
“Anak-anak yang dikhitan massal ini rata-rata ber umur 10-12 tahun. Mereka murid SD/MI dari 14 kecamatan dan 105 desa, umumnya anak-anak nelayan kurang mampu di wilayah pesisir Banda Aceh dan Aceh Besar,” tulis Humas Bank Aceh, Amal Hasan lewat siaran pers kepada Serambi kemarin.
Sedangkan Direktur Utama (Dirut) PT Bank Aceh, Busra Abdullah dalam laporannya pada seremonial acara ini mengatakan selain sunatan massal itu, kegiatan sosial lainnya yang sudah dan akan dilakukan dalam rangkaian memperingati HUT ke-42 Bank Aceh, antara lain pemberian bantuan dan santunan ke panti sosial, dayah/pesantren, dan untuk petugas kebersihan.
“Selain itu, juga ada pemberian sembako untuk pemulung, pemberian bantuan untuk Yayasan Blood for Life Aceh kesempatan penderita kanker dan untuk pasien miskin di RSU Meuraxa, Banda Aceh. Selain itu, Bank Aceh juga akan melaksanakan donor darah pada 30 Agustus 2015 bersamaan acara funbike massal,” kata Dirut Bank Aceh.
Ketua BSMI Aceh, Heri Riswandi dalam sambutannya menyampaikan bahwa BSMI sangat konsen dalam setiap aktifitas kemanusiaan tanpa memandang suku, bangsa, ras dan agama. Pada kesempatan tersebut beliau juga memberi apresiasi dan ucapan terima kasih yang sebesar besar nya kepada Bank Aceh yang telah memberi kepercayaan kepada BSMI Aceh sebagai mitra dalam melaksanakan program sosial berupa sunnatan massal.
Gubernur Aceh, dr Zaini Abdullah diwakili Sekda, Dermawan juga turut menyampaikan sambutan di awal acara ini.
“Anak-anak yang dikhitan massal ini rata-rata ber umur 10-12 tahun. Mereka murid SD/MI dari 14 kecamatan dan 105 desa, umumnya anak-anak nelayan kurang mampu di wilayah pesisir Banda Aceh dan Aceh Besar,” tulis Humas Bank Aceh, Amal Hasan lewat siaran pers kepada Serambi kemarin.
Sedangkan Direktur Utama (Dirut) PT Bank Aceh, Busra Abdullah dalam laporannya pada seremonial acara ini mengatakan selain sunatan massal itu, kegiatan sosial lainnya yang sudah dan akan dilakukan dalam rangkaian memperingati HUT ke-42 Bank Aceh, antara lain pemberian bantuan dan santunan ke panti sosial, dayah/pesantren, dan untuk petugas kebersihan.
“Selain itu, juga ada pemberian sembako untuk pemulung, pemberian bantuan untuk Yayasan Blood for Life Aceh kesempatan penderita kanker dan untuk pasien miskin di RSU Meuraxa, Banda Aceh. Selain itu, Bank Aceh juga akan melaksanakan donor darah pada 30 Agustus 2015 bersamaan acara funbike massal,” kata Dirut Bank Aceh.
Ketua BSMI Aceh, Heri Riswandi dalam sambutannya menyampaikan bahwa BSMI sangat konsen dalam setiap aktifitas kemanusiaan tanpa memandang suku, bangsa, ras dan agama. Pada kesempatan tersebut beliau juga memberi apresiasi dan ucapan terima kasih yang sebesar besar nya kepada Bank Aceh yang telah memberi kepercayaan kepada BSMI Aceh sebagai mitra dalam melaksanakan program sosial berupa sunnatan massal.
Gubernur Aceh, dr Zaini Abdullah diwakili Sekda, Dermawan juga turut menyampaikan sambutan di awal acara ini.
PEDULI GEMPA BUMI BENER MERIAH dan Aceh Tengah 2013
Pada tanggal 2 Juli 2013, gempa berkekuatan 6,2 SR mengguncang provinsi Aceh di pulau Sumatera, Indonesia. Gempa ini menewaskan sebanyak 39 orang dan melukai lebih dari 400 orang., Lebih dari 3.000 rumah hancur, Pada Pukul 14:37 waktu setempat (07:37 UTC) tanggal 2 Juli 2013, gempa
berkekuatan 6,2 terjadi di kedalaman 10 kilometer (6.2 mi) dengan episentrum di dekat ujung barat laut Sumatera, 55 kilometer (34 mi) di selatan Bireun Gempa ini terjadi di patahan Semangko Gempa mengguncang selama kurang lebih 15 detik dan dapat dirasakan mulai dari ibu kota provinsi Banda Aceh sampai Bener Meriah. Gempa begitu kuat sampai-sampai memunculkan kekhawatiran masyarakat di Banda Aceh, 320 mile (510 km) dari episentrum, dan guncangannya terasa hingga Malaysia. Sedikkitnya 15 gempa susulan terjadi. Tiga di antaranya berkekuatan 4,3, 5,5, dan 5,2.
Dalam suasana yang sangat genting tsb, BSMI Aceh segera mengerahkan timnya dan beberapa unit ambulan untuk membantu para korban gempa. Lebih dari 1000 orang korban gempa Aceh Tengah - Bener Meriah di beri bantuan baik dalam bentuk pelayanan kesehatan maupun sembako. BSMI juga menyalurkan bantuan berupa pakaian dan peralatan masak.
Dalam suasana yang sangat genting tsb, BSMI Aceh segera mengerahkan timnya dan beberapa unit ambulan untuk membantu para korban gempa. Lebih dari 1000 orang korban gempa Aceh Tengah - Bener Meriah di beri bantuan baik dalam bentuk pelayanan kesehatan maupun sembako. BSMI juga menyalurkan bantuan berupa pakaian dan peralatan masak.
Program sunatan massal gratis Kerjasama BSMI Aceh dan Baitul Mal Aceh…
Sebagai bentuk keperdulian terhadap anak dari keluarga tidak mampu yang sudah layak disunat maka BSMI Aceh bekerjasama Dengan Baitul Mal Acmelaksanakan program baksos sunatan masal. Jumlah peserta sunat sekitar 400 anak, program ini dilaksanakan di lantai 2 RS BSMI Banda Aceh.
Kamis, 13 Oktober 2016
SEJARAH BULAN SABIT MERAH INDONESIA (BSMI) ACEH
24 Desember 2004 adalah peristiwa yang tidak dapat dilupakan bangsa Indonesia bahkan dunia. Tsunami Aceh yang merenggut lebih dari 300,000 jiwa menyisakan Nanggroe yang mesti dibangun kembali. Program-program Rumah Sakit Lapangan BSMI pada saat tanggap darurat kini ditindaklanjuti dengan pembangunan RSU BSMI yang ber alamat di Jl. Malikul Saleh, Lamlagang Kota Banda Aceh.
Empowerment atau Pemberdayaan, merupakan isu penanggulangan masalah sosial kesehatan yang sudah mendunia dan banyak diterapkan baik negara maju maupun negara-negara berkembang. Ketika banyak keluhan bahwa banyak lembaga pelayanan yang memberikan bantuan untuk korban-korban bencana yang sifatnya hanya insidental, sementara kebutuhan jangka panjang mereka banyak dilupakan di saat mereka tidak lagi memiliki sumber daya lagi.
Bulan Sabit Merah Indonesia (BSMI) menerapkan pendekatan Pemberdayaan Masyarakat (Community Development) untuk kondisi tertentu. sebut saja Aceh dan Klaten (Yogyakarta) yang keduanya tertimpa bencana yang sangat dasyat, ‘tsunami’ bantuan banyak mengalir ke kantong-kantong posko bantuan. disaat waktu berjalan, banyak yang berbondong-bondong hengkang melupakan bahwa mereka masih menyisakan duka. Di Kota Banda Aceh BSMI mendirikan RSU Bulan Sabit Merah Indonesia tepatnya di jl. Lamlagang Kota Banda Aceh, sebagai kelanjutan penanganan bencana dari emergency hingga pasca bencana. Disamping itu juga memberikan pelayanan kesehatan jangka menengah dan jangka panjang. yang perlu dicatat adalah seluruh staff RSU BSMI di Banda Aceh adalah dari warga setempat. atas fasilitasi BSMI pusat, pelatihan dan pendidikan manajemen serta ketrampilan teknis lainnya, BSMI merekrut Relawan yang kemudian mereka menjadi staff untuk menjalankan RSU tersebut tentunya dengan pengawasan agar prinsip profesionalitas tetap terjaga. dari masyarakat Aceh untuk warga Aceh. Kini seluruh warga Aceh mengenal adanya Lambang Bulan sabit Merah sebagai keseharian tanda pengenal pelayanan kemanusiaan bagi mereka. (Dul)
SEJARAH BULAN SABIT MERAH INTERNASIONAL
Lembaga Bulan Sabit Merah didirikan dan digunakan pertama kali oleh
Turki pada 11 Juni 1868. Penggunaan simbol Bulan Sabit Merah pertama
kali dalam perang pada saat konflik bersenjata Kekaisaran Ottoman dan
Rusia (1877-1878). Selama perang Turki-Rusia sejak 1876 hingga 1878,
Kekaisaran Ottoman menggunakan Bulan Sabit Merah, Rusia komitmen
menghormati penuh kesucian semua personil dan fasilitas yang berhubungan
dengan Bulan Sabit Merah.
Setelah kenyataan penilaian atas keabsahan yang sama terhadap simbol tersebut, ICRC meresmikan pada 1878 bahwa seharusnya dimungkinkan dalam prinsip untuk mengakui simbol perlindungan resmi tambahan bagi bukan negara-negara kristen. Simbol Bulan Sabit Merah diadopsi konvensi internasional secara resmi pada 1929 saat Konvensi Jeneva diamandemen, dan sampai saat ini Bulan Sabit Merah telah digunakan oleh 33 negara-negara mayoritas berpenduduk muslim.
Setelah runtuhnya Kekaisaran Ottoman, Bulan Sabit Merah pertama kali digunakan kemudian oleh bangsa Turki, diikuti oleh Mesir. Sejak pengakuan secara resmi hingga sekarang, Bulan Sabit Merah menjadi simbol organisasi dari hampir setiap perhimpunan nasional di negara-negara dengan populasi mayoritas muslim. Perhimpunan nasional dari beberapa negara seperti Pakistan (1974), Malaysia (1975), atau Bangladesh (1989) telah secara resmi mengganti nama dan simbol mereka dari Palang Merah menjadi Bulan Sabit Merah.
Di Negara Republik Indonesia penggunaan Bulan Sabit Merah juga dilakukan oleh beberapa Rumah Sakit dan lembaga, antara lain:
1 Rumah Sakit Islam Jakarta
2 Rumah Sakit Islam Fatimah Banyuwangi
3 Rumah Sakit Islam Siti Khadijah Palembang
4 KSR STIKES Siti Khadijah Palembang
5 Rumah Sakit Islam Karawang
6 Rumah Sakit Islam Jakarta Sukapura
7 Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang
8 Rumah Sakit Islam Assyifa Sukabumi
9 Rumah Sakit Islam Yogyakarta PDHI
10 Rumah Sakit Umum Nurhidayah Bantul Yogyakarta
11 Rumah Sakit Roemani Muhammadyah Semarang
12 Rumah Sakit Ibu dan Anak Alfauzan
13 Rumah Sakit Al Islam Bandung
14 Klinik PPDS Al Fauzan
15 Rumah Sakit Ibu dan Anak AlFauzan
16 Korps Sukarela Universitas Muslim Indonesia, Makasar
17 Majelis Syuro Upaya Kesehatan Islam Indonesia
18 RS PKU Muhammadiyah Blora
19 RS PKU Muhammadiyah Moga, Pemalang
20 RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta
21 RS PKU Muhammadiyah Sruweng, Kebumen
22 RS Muhammadiyah Bandung
23 RS PKU Muhammadiyah Temanggung
24 Klinik Rawat Inap PKU Muhammadiyah Sampang, Cilacap
25 RS Muhammadiyah Surabaya
26 Klinik Rawat Inap PKU Muhammadiyah Wanareja, Cilacap
27 Rumah Sakit Pendidikan Universitas Hasanuddin, Makassar
Penggunaan Lambang Bulan Sabit Merah sebagai simbol perhimpunan masyarakat penolong di Indonesia dimulai sejak 8 Juni 2002, bertepatan dengan didirikan dan diresmikannya Bulan Sabit Merah Indonesia oleh Ketua MUI KH Amidan di Gedung Pertemuan Kompleks Masjid Agung Al Azhar, Kebayoran Baru, Jakarta. Secara resmi Perhimpunan Bulan Sabit Merah Indonesia disahkan melalui Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia, Nomor AHU-72.AH.01.06.Tahun 2008.
Setelah kenyataan penilaian atas keabsahan yang sama terhadap simbol tersebut, ICRC meresmikan pada 1878 bahwa seharusnya dimungkinkan dalam prinsip untuk mengakui simbol perlindungan resmi tambahan bagi bukan negara-negara kristen. Simbol Bulan Sabit Merah diadopsi konvensi internasional secara resmi pada 1929 saat Konvensi Jeneva diamandemen, dan sampai saat ini Bulan Sabit Merah telah digunakan oleh 33 negara-negara mayoritas berpenduduk muslim.
Setelah runtuhnya Kekaisaran Ottoman, Bulan Sabit Merah pertama kali digunakan kemudian oleh bangsa Turki, diikuti oleh Mesir. Sejak pengakuan secara resmi hingga sekarang, Bulan Sabit Merah menjadi simbol organisasi dari hampir setiap perhimpunan nasional di negara-negara dengan populasi mayoritas muslim. Perhimpunan nasional dari beberapa negara seperti Pakistan (1974), Malaysia (1975), atau Bangladesh (1989) telah secara resmi mengganti nama dan simbol mereka dari Palang Merah menjadi Bulan Sabit Merah.
Di Negara Republik Indonesia penggunaan Bulan Sabit Merah juga dilakukan oleh beberapa Rumah Sakit dan lembaga, antara lain:
1 Rumah Sakit Islam Jakarta
2 Rumah Sakit Islam Fatimah Banyuwangi
3 Rumah Sakit Islam Siti Khadijah Palembang
4 KSR STIKES Siti Khadijah Palembang
5 Rumah Sakit Islam Karawang
6 Rumah Sakit Islam Jakarta Sukapura
7 Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang
8 Rumah Sakit Islam Assyifa Sukabumi
9 Rumah Sakit Islam Yogyakarta PDHI
10 Rumah Sakit Umum Nurhidayah Bantul Yogyakarta
11 Rumah Sakit Roemani Muhammadyah Semarang
12 Rumah Sakit Ibu dan Anak Alfauzan
13 Rumah Sakit Al Islam Bandung
14 Klinik PPDS Al Fauzan
15 Rumah Sakit Ibu dan Anak AlFauzan
16 Korps Sukarela Universitas Muslim Indonesia, Makasar
17 Majelis Syuro Upaya Kesehatan Islam Indonesia
18 RS PKU Muhammadiyah Blora
19 RS PKU Muhammadiyah Moga, Pemalang
20 RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta
21 RS PKU Muhammadiyah Sruweng, Kebumen
22 RS Muhammadiyah Bandung
23 RS PKU Muhammadiyah Temanggung
24 Klinik Rawat Inap PKU Muhammadiyah Sampang, Cilacap
25 RS Muhammadiyah Surabaya
26 Klinik Rawat Inap PKU Muhammadiyah Wanareja, Cilacap
27 Rumah Sakit Pendidikan Universitas Hasanuddin, Makassar
Penggunaan Lambang Bulan Sabit Merah sebagai simbol perhimpunan masyarakat penolong di Indonesia dimulai sejak 8 Juni 2002, bertepatan dengan didirikan dan diresmikannya Bulan Sabit Merah Indonesia oleh Ketua MUI KH Amidan di Gedung Pertemuan Kompleks Masjid Agung Al Azhar, Kebayoran Baru, Jakarta. Secara resmi Perhimpunan Bulan Sabit Merah Indonesia disahkan melalui Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia, Nomor AHU-72.AH.01.06.Tahun 2008.
Langganan:
Komentar (Atom)







